Minggu, 26 April 2009


GAMBARAN UMUM WILAYAH
MALUKU BARAT DAYA


Kepulauan Maluku Barat yang terletak di sebelah Barat Daya kota Ambon Provinsi Maluku, Republik Indonesia dikenal dengan Nama Onderafdeeling Zuid Wester Eilandon yang warisan dari adminstrasi jaman kolonial - merujuk ke daerah di Kecamatan Moa Lakor, Kecamatan Damer, Kecamatan Mdona Hiera, Kecamatan Pulau-pulau Babar, Kecamatan Pulau-pulau Babar Timur, Kecamatan Wetar, Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan, dan Kecamatan Leti yang pada jaman kolonial Belanda mempunyai nilai ekonomis dan strategis hal ini ditandai dengan cukup banyaknya benteng – benteng Belanda pada daerah – daerah ini.

Kabupaten sebelah barat daya Maluku ini beribukota di Tiakur Kecamatan Moa Lakor, daerah – daerah yang berada di Kepulauan Barat Daya Maluku memiliki hubungan dalam sejarah dan budaya-budaya.

Akses dan isolasi
Pada jaman penjajahan Belanda di Indonesia, wilayah barat daya termasuk juga menjadi salah satu daerah jajahan. Daerah ini secara tradisional melakukan barter antar pulau serta barter dengan pendatang sehingga terdapat banyak kontak dagang di dalam dan luar daerah ini. Dengan kedatangan Belanda, dengan bentuk penjajahan yang dilakukan, situasi ini berubah. kebijakan monopoli terjadi, sehingga penduduk setempat dipaksakan dan dijadikan mitra utama perdagangan dan sumber pendapatan, serta diklaim atas nama ”peradaban” sehingga cukup banyak mempengaruhi budaya tradisional yang ada. Setelah peninggalan penjajahan, atau dengan berakhirnya kolonial Belanda kontak antara daerah terpencil barat daya menjadi sangat terisolasi dan sering dikatakan sebagai daerah yang terlupakan. Untuk mencapai daerah Barat Daya Maluku biasanya setelah lama pelayaran kurang lebih satu minggu dari kota Ambon sebagai ibukota Provinsi, pulau Kisar berada paling barat daya dengan jarak kurang lebih 500 km kota Ambon, hanya berjarak kurang lebih 25 kilometer di utara bagian timur Timor Lorosa'e. Pulau-pulau kecil yang lain hanya dapat dijangkau dengan perahu – perahu kecil. Jika saat sekarang, anda dapat seminggu sekali dengan menggunakan pesawat kecil untuk mencapai Pulau Kisar baik dari Kota Ambon maupun dari Kota Kupang Nusa Tenggara Timur.

Iklim
Iklim di daerah ini didominasi oleh iklim Muson, yang mana musim pada daerah ini dipengaruhi oleh Benua Asia dan Benua Australia. Dari Des-Apr. pada daerah Barat Daya dikenal dengan nama Musim Barat dimana terdapat Intensitas Hujan cukup tinggi serta juga angin kencang. Setelah periode transisi yang singkat, yang kedua Musim Timur. Ini berlangsung dari bulan April atau Mei hingga Agustus. Daerah Barat Daya memiliki musim kemarau dimulai pada bulan Agustus dan terus berlangsung hingga November, diikuti masa transisi.

Geologi
Secara geologi daerah ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu Daerah yang berada pada Busur Banda dan Daerah yang berada diluar Busur Banda. Pulau-pulau berada diluar Busur Banda ini meluas dari Kisar, Leti dan di pulau-pulau Babar arah utara-timur adalah pulau karang, merupakan pulau-pulau kecil yang tidak begitu subur atau cukup gersang dan tandus. Sedangkan Pulau-pulau yang lebih besar berada dalam Busur Banda memiliki lebih banyak air dan kaya dengan Kekayaan Hutan dimulai dari Wetar, Roma, Damar, Teun Nila dan Serua yang terletak di sebelah barat batu volkanis dan memiliki lebih banyak tanah subur daripada pulau karang.




Kondisi Alam
Maluku Barat Daya, banyak terdapat pohon – pohan yang rindang, pulau yang bergunung-gunung dengan puncak 1.400 meter di Wetar, 400 meter ke 870 meter MOA Damer, dibandingkan dengan pulau karang. Pantai dengan Pasir putih yang indah di pulau karang, batu miring yang menjorok ke dalam laut. Permukaan daerah yang berlapis – lapis yang terbuat dari karang. Interior daerah Barat Daya yang ditandai dengan savana seperti landscape. Tumbuhan hijau yang yang ada membuat sebuah pulau karang sangat Indah.

Cara hidup
Penduduk Maluku Barat Daya mempunyai mata pencaharian Utama Bercocok Tanam serta Beternak yang mana Penduduk sangat tergantung pada kondisi iklim. Dua Musim dalam setahun. Masa Bercocok Tanam daerah ini pada umumnya dilakukan pada Peralihan Musim Timur ke Barat untuk tanaman pangan utama Jagung dan Ubi. Jagung dan Ubi adalah makanan Utama Penduduk Barat Daya Maluku, di Pulau Damar sagu adalah makanan utama. Dalam praktiknya, sektor pertanian yang ada dilakukan secara tradisional. Tanaman untuk Makanan Daerah Barat Daya Maluku selain jagung, banyak kacang-kacangan dan lapatu lokal dan kacang atau kacang kayu Merah (atau Velvet Bean Mucuna) dan singkong (ubi jalar) semakin berkurang ditanam karena perubahan fungsi lahan yang cukup Tinggi sebagai dampak pertumbuhan penduduk, sehingga beberapa daerah di Barat Daya Maluku beberapa kali mengalami musibah Kelaparan terutama pulau – pulau Kecil yang ada di Daerah Barat Daya.
Tanaman Ekonomis daerah seperti kelapa (untuk produksi kopra) dan jeruk manis merupakan sumber pendapatan selain dari memelihara kambing, domba dan babi dan membuat tuak/ sopi. Pulau Kisar sudah lama dikenal dengan jeruk Kisar dan kambing Kisar selain Sopi Kisar produksi Rumahan.
Perikanan merupakan salah satu kegiatan masyarakat. terutama untuk warga yang tinggal di dekat pantai. Laut memberikan kontras ke negara selalu bermanfaat, walaupun ikan terikat pada musim. Misalnya, selama musim timur, sebuah desa di sisi timur pulau banyak banyak menangkap ikan karena merupakan musim Panas kegiatan Bercocok Tanam terhenti.

Selain makanan setiap tahun di musim panas masalah yang serius dihadapai oleh pulau – pulau Kkecil adalah kekurangan air sehingga masyarakat banyak mengambil air dengan jarak yang sangat Jauh dari Lokasi Rumah Tinggal mereka itupun air yang mereka dapatkan tidaklah Banyak, Beberapa wilayah malah minum tuak manis dari pohon Tuak (Koli) sebagai gantinya air, Koli (aren) merupakan salah satu tanaman penting dan memainkan peran penting dalam budaya serta perekonomian masyarakat. Melalui hasil pengolahan tuak yang diambil diolah menjadi gula atau difermentasi untuk menghasilkan Sopi (minuman keras, tuak) produksi lokal, Karena keterbatasan kesempatan ekonomi dan kondisi kehidupan yang sulit mengakibatkan Banyak Pemuda / Pemudi daerah ini menjadi lebih Tekun sehingga mereka dapat Bekerja dan berhasil di daerah lain baik di Indonesia sendiri maupun luar negeri (Belanda serta Amerika).


Pendidikan Dan Kesehatan
Karena kesempatan pendidikan yang terbatas, ada banyak anak-anak yang rela di rantau dengan saudara – saudara mereka untuk dapat bersekolah lebih tinggi.
Fasilitas medis yang ada tidak optimal. Tenaga Dokter sangat kurang malah cendrung tidak ada Perawat yang biasanya melakukan perawatan medis. Biasanya ada sedikit pusat kesehatan (puskesmas) per pulau di mana perawat dapat melakukan tugasnya.
(sumber : (http://www.mauteri.nl))

Jumat, 17 April 2009

SEJARAH

Merunut kisah PULAU SELATAN DAYA


Dari Wewiku-Wehali sampai Keresidenan Timor
SULIT memang merangkai sejarah Kisar, sebelum masuknya Belanda di pulau itu. Hal itu disebabkan adanya perbedaan legenda di kalangan masyarakat asli Kisar itu sendiri. Tetapi, dari berbagai versi yang ada, ditemukan adanya kesamaan, dimana nama Wewiku-Wehali selalu disebut dalam setiap versi atau dalam syair disebut Wewiku-Wehali, Nuha Inna, air mori-mori (Wewiku-Wehali, pulau atau nusa induk, tempat api menyala-nyala). Bila ditelusuri lebih jauh ternyata, Wewiku-Wehali juga mengisahkan mitos hubungan dengan wilayah Belu Selatan di NTT.
Mitos warga asli Kisar (bukan Mestiezen) itu dicatat A.D.M. Parera (Sejarah Raja-raja di Timor, 1971), yang mengisahkan asal leluhur mereka dari Wewiku-Wehali. Leluhur mereka datang ke Kisar menggunakan perahu keramat melalui pelabuhan Lauten, Joon dan Loikere di ujung barat Pulau Timor. Leluhur itulah yang memperkenalkan penggunaan api kepada orang Kisar.
Tetapi kisah itu berbeda dengan penjelasan keturunan dan alih waris keluarga Tilukai (Pulau Kisar) W. Frans (80) yang juga disampaikan kepada Parera. Menurut W. Frans, sekitar 500 tahun silam terjadi bencana banjir di Sungai Benanai di Belu Selatan. Akibat banjir itu, seorang putri dari Raja Wehali hanyut terbawa banjir dan terdampar di Pulau Sermatang. Akibatnya, Raja Wehali memerintahkan tujuh putranya dan empat pembantunya untuk mencari saudari mereka yang hanyut. Ketujuh pangeran itu, salah satunya terdampar di Tutuala-wilayah paling timur dari Pulau Timor.
Suatu ketika, pangeran itu melihat api di Pulau Kisar. Kisah tentang api ini tentunya bertolak belakang dengan cerita versi Wewiku-Wehali yang disebutkan leluhura datang membawa api. Oleh karena melihat api tersebut, pangeran itu ke Kisar melalui Joon, tapi terdampar di Sekerniren, Airmodo.
Pangeran sendiri sebagai pimpinan rombongan (Sai Mermere) dan empat orang pembantunya, Tilukai, Maukai, Loiroho dan Taiasi. Kala itu sedang berkecamuk perang antara Wonreli-Joto melawan Nomaha-Lekerau.
Melihat peperangan itu, Pangeran Sai Mermere membantu Wonreli-Joto, sehingga Nomaha takluk tanpa syarat. Akibat kemenangan itu, sehingga Sai Mermere diakui sebagai raja. Sai Mermere berkedudukan di Abusur-Lewerau, dimana ia membangun rumah pemali (romloluli), yang dinamakan Tutuala-sesuai tempat tinggalnya terakhir. Dalam rumah itulah disimpan berbagai barang keramat yang dibawa dari Wewiku-Wehali. Nama Wewiku-Wehali pantang disebut sembarang, karena nama itu hanya disebut pada saat terjadi pertumpahan darah.
Satu versi lagi dituturkan Salmun Wonlele, Suku Romdawa kepada Parera. Menurut Wonlele, penduduk asli Kisar datang dalam empat rombongan, yakni dari Keilaru Barat, Keislaru Timur, Iliwuar-Wakuleren dan rombongan Wewiku-Wehali.
Tidak hanya itu penjelasan tentang asal leluhur penduduk Kisar. Kisah lain dituturkan keturunan dari pemilik perahu orang Luang yang terdampar dan menetap di Kisar bersama Sai Mermere, Th. T. Rupilo, yang juga disampaikan kepada Parera. Namun, kisah ini lebih pada nasihat yang ditujukan kepada para perantau. Kepada setiap pemuda yang hendak merantau, selalu dibekali pesan orangtua, “Kemanapun kamu pergi, bila harus melalui Belu, jangan tunjuk dengan jarimu dan jangan pernah sebut nama Wewiku-Wehali, karena nama itu menuntut darah”.
Masuknya Hindia Belanda
Mengenai masuknya Belanda ke Pulau Selatan Daya (PSD), Maluku, tokoh masyarakat di Kisar, S.D. Mozes, menuturkan dari berbagai informasi yang diperolehnya. Dikisahkan, masuknya Belanda ke Kisar, diawali kisah nenek moyang orang Kisar, Perlakuloho. mengantar adiknya yang sakit untuk berobat ke Belagar, Pantar, Alor. Namun, dalam perjalanan pulang ke Kisar, tepatnya di antara Pulau Wetar dan Kisar, Perlakuloho mendapatkan perahu yang ternyata ditumpangi warga Belanda yang diketahui bernama Yan de Klein sedang mengalami kesulitan air untuk melanjutkan perjalanan.
Oleh karena itu, Perlakuloho membantu warga Belanda dan mengajaknya ke Kisar, dengan harapan warga Belanda di dalam kapal itu dapat membantu mereka, seandainya ada serangan dari Portugis. Kekhawatiran bakal terjadinya serangan Portugis itu beralasan, karena sebelumnya seorang warga Kisar membunuh seorang Portugis.
Kapten Kapal Belanda, Yan de Klein tidak keberatan dengan ajakan itu. Dalam perkembangan selanjutnya, berkibarlah bendera Belanda di Kisar yang menyebabkan Portugis mengurungkan niatnya menyerang Kisar. Akhirnya, penumpang kapal itu menetap di Kisar (Mestiezen), bahkan, Yan Klein kawin dengan seorang wanita asli Kisar. Warga Belanda itu, pertama membangun Kota Delftshaven di Kota Lama dan Kota Vollenhove di Pantai Nama, Kisar. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya benteng peninggalan Belanda di kedua kota itu.
Untuk menelusuri kisah dari Pulau Kisar itu sendiri, seorang warga Jerman, Ernest Rodenwaldt yang bermukim di Kisar pada tahun 1920-an melukiskan Kisar dalam dua jilid buku yang berjudul Die Mestiezen auf Kisar.
Karya Ernest itu juga menggambarkan kehidupan 200 orang keturunan Belanda yang terdampar di Kisar, tapi tetap mempertahankan kesatuannya di Kisar (Mestiezen Kisar).
Disebutkan, sebelum tahun 1823 wilayah Kecamatan Pulau Selatan Daya, tepatnya pada masa Hindia Belanda dengan nama Onderafdeeling Zuid Wester Eilandon merupakan bagian dari Keresidenan Timor, berkedudukan di Ilwaki, Pulau Wetar. Wilayahnya meliputi Pulau Kisar, Wetar, Lirang, Romang, Damer, Leti, Moa, Lakor, Luang dan Pulau Sermatang.
Pada tahun 1896, kedudukan Onderafdeeling Zuid Wester Eilandon dipindahkan dari Ilwaki ke Serwaru, Pulau Leti. Kemudian tahun 1912, dipindahkan lagi ke Wonreli, Pulau Kisar, tepat pada masa kepemimpinan Luitnan Gesegheber B.H. Trestege.
Putusnya hubungan dengan Keresidenan Timor terjadi tahun 1925, ketika Onderafdeeling Zuid Wester Eilandon dialihkan ke Residen Maluku (Residentie Molukken). Pengalihan itu, diikuti perubahan Onderafdeeling Tanimbar Hilanden menjadi Asisten Wedana, tahun 1928 yang diperintah seorang Bestuurs Assisten di bawah kekuasaan Hoof van Plaatselyke Bestuur (HPB) di Wonreli. Pada tahun 1947, barulah dijadikan Onderafdeeling sendiri.
Konon sebelum masuknya Belanda, nama asli Pulau Kisar adalah Jotowawa atau Jotomjai merupakan nama asli Pulau Kisar. Ada yang memahami dikenalnya nama Kisar karena adanya salah paham antara warga asli Kisar dan warga Belanda. Kisahnya demikian, ketika warga Belanda sampai di Kisar, mereka menanyakan kepada penduduk tentang nama pulau itu, dengan menunjuk pasir.
Warga asli mengira, yang ditanyakan adalah pasir putih, yang dalam bahasa Kisar disebut Kiasar. Sejak itulah pulau itu dikenal sebagai Pulau Kisar. Tapi, ada warga yang membantah kebenaran cerita ini.
Selain nama Kisar, pulau seluas 117,07 km2 itu dinamakan juga Lei Timor (Timor Kecil). Nama ‘Timor Kecil’ ini diperkuat dengan surat tahun 1795 dari seorang pegawai yang menceritakan kronologis dari nama Kisar atau Timor Kecil. Keberadaan Pulau Kisar, Maluku Tenggara dan sekitarnya, ternyata sudah dikenal di Negara Eropa. Hal itu terbukti dengan masuknya Kisar dalam Encyclopedia Nederland Indische. Hanya saja, dalam Ensiklopedia Indonesia, tidak sedikitpun menyinggung tentang Kisar. Bahkan di Liberia pun, Kisar dan sekitarnya sudah dikenal, hal itu terbukti dari adanya kapal pesiar dari Liberia “World Discovery” (1991) yang mengunjungi Pulau Wetar, yang juga memiliki tambang emas, yang dikelola PT Prima Lirang Minning. (ady/bb/irt (SUMBER POS KUPANG))

Kamis, 16 April 2009

LETAK GEOGRAFIS


Kabupaten Maluku Barat Daya adalah bagian wilayah Provinsi Maluku dengan Ibukota Tiakur sendiri didukung oleh tujuh kecamatan antara lain, Kecamatan Moa Lakor; Kecamatan Damer; Kecamatan Mdona Hiera; Kecamatan Pulau-pulau Babar; Kecamatan Pulau-pulau Babar Timur; Kecamatan Wetar; Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan; dan Kecamatan Leti (sesuai UU 31 TAHUN 2008).
Kabupaten Maluku Barat Daya mempunyai batas-batas wilayah:
a. sebelah utara berbatasan dengan Laut Banda;
b. sebelah timur berbatasan dengan Kepulauan Tanimbar;
c. sebelah selatan berbatasan dengan Laut Timor Leste dan Selat Wetar; dan
d. sebelah barat berbatasan dengan Kepulauan Alor.

Maluku Barat Daya atau lebih dikenal dengan nama Selatan Daya Disebutkan, sebelum tahun 1823 wilayah Kepulauan Selatan Daya, tepatnya pada masa Hindia Belanda dengan nama Onderafdeeling Zuit Wester Eilanden merupakan bagian dari Keresidenan Timor, berkedudukan di Ilwaki, Pulau Wetar. Wilayahnya meliputi Pulau Kisar, Wetar, Lirang, Romang, Damer, Leti, Moa, Lakor, Luang dan Pulau Sermatang.
Pada tahun 1896, kedudukan Onderafdeeling Zuid Wester Eilandon dipindahkan dari Ilwaki ke Serwaru, Pulau Leti. Kemudian tahun 1912, dipindahkan lagi ke Wonreli, Pulau Kisar, tepat pada masa kepemimpinan Luitnan Gesegheber B.H. Trestege.
Putusnya hubungan dengan Keresidenan Timor terjadi tahun 1925, ketika Onderafdeeling Zuid Wester Eilandon dialihkan ke Residen Maluku (Residentie Molukken). Pengalihan itu, diikuti perubahan Onderafdeeling Zuit Wester Eilanden menjadi Asisten Wedana, tahun 1928 yang diperintah seorang Bestuurs Assisten di bawah kekuasaan Hoof van Plaatselyke Bestuur (HPB) di Wonreli. Pada tahun 1947, barulah dijadikan Onderafdeeling sendiri.