Ambon, Kompas - Penambangan tembaga dan emas di Pulau Wetar dicurigai melampaui ketentuan. Pengelolanya, yang hanya mengantongi izin eksplorasi, diduga melakukan eksploitasi mengingat sering terjadi pengiriman hasil tambang ke luar pulau dengan menggunakan kontainer.
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Maluku Bram Tomasoa, Kamis (14/1) di Ambon, Maluku, mengatakan, Pemerintah Provinsi Maluku rencananya akan segera turun ke lapangan untuk menyelidiki hal tersebut.
”Kelompok perusahaan tambang PT Batutua dilaporkan masyarakat telah melanggar aturan. Perusahaan yang beroperasi di Pulau Wetar, Kabupaten Maluku Barat Daya, itu baru memegang izin eksplorasi, tetapi dicurigai telah melakukan eksploitasi mineral tambang,” kata Bram.
Masyarakat, lanjutnya, melaporkan telah terjadi pengiriman material galian ke luar daerah menggunakan kapal. ”Pengiriman sudah berlangsung beberapa bulan terakhir dan berulang kali,” ujar Bram.
Dengan adanya izin eksplorasi, menurut Bram, memang memungkinkan pengiriman contoh material galian untuk diteliti di laboratorium. Namun, dalam hal ini, ada kecurigaan contoh material galian tidak hanya dikirim ke laboratorium, tetapi diolah di tempat lain.
Izin eksplorasi untuk PT Batutua itu dikeluarkan tahun 2004-2005 saat Wetar masih masuk wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat. ”Izin diperpanjang pada 2009 oleh Penjabat Bupati Maluku Barat Daya Jacob Patty, dan sekarang PT Batutua akan masuk ke tahap produksi,” kata Bram.
Namun, tambahnya, sebelum masuk tahap eksploitasi (produksi), pihak perusahaan meminta izin percobaan produksi. Izin percobaan produksi inilah yang dipermasalahkan masyarakat.
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Maluku Bram Tomasoa, Kamis (14/1) di Ambon, Maluku, mengatakan, Pemerintah Provinsi Maluku rencananya akan segera turun ke lapangan untuk menyelidiki hal tersebut.
”Kelompok perusahaan tambang PT Batutua dilaporkan masyarakat telah melanggar aturan. Perusahaan yang beroperasi di Pulau Wetar, Kabupaten Maluku Barat Daya, itu baru memegang izin eksplorasi, tetapi dicurigai telah melakukan eksploitasi mineral tambang,” kata Bram.
Masyarakat, lanjutnya, melaporkan telah terjadi pengiriman material galian ke luar daerah menggunakan kapal. ”Pengiriman sudah berlangsung beberapa bulan terakhir dan berulang kali,” ujar Bram.
Dengan adanya izin eksplorasi, menurut Bram, memang memungkinkan pengiriman contoh material galian untuk diteliti di laboratorium. Namun, dalam hal ini, ada kecurigaan contoh material galian tidak hanya dikirim ke laboratorium, tetapi diolah di tempat lain.
Izin eksplorasi untuk PT Batutua itu dikeluarkan tahun 2004-2005 saat Wetar masih masuk wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat. ”Izin diperpanjang pada 2009 oleh Penjabat Bupati Maluku Barat Daya Jacob Patty, dan sekarang PT Batutua akan masuk ke tahap produksi,” kata Bram.
Namun, tambahnya, sebelum masuk tahap eksploitasi (produksi), pihak perusahaan meminta izin percobaan produksi. Izin percobaan produksi inilah yang dipermasalahkan masyarakat.
Sejak 2005
Menurut Wakil Ketua Fraksi Demokrat DPRD Maluku dari Daerah Pemilihan Maluku Barat Daya, Melkias Frans, pengiriman material galian tambang ke luar Wetar sudah berlangsung sejak 2005. ”Material tambang dimasukkan dalam kontainer dan diangkut dengan menggunakan tongkang yang ditarik tugboat. Lokasi tambang di Pulau Wetar itu tidak terawasi karena sangat jauh, di perbatasan Indonesia-Timor Leste,” kata Melkias.
”Ini tidak bisa dibiarkan karena ada indikasi material dijual ke luar. Jika benar, ini merupakan perampokan kekayaan rakyat dan daerah sangat dirugikan,” ujar Melkias, yang juga Ketua Komisi B DPRD Maluku.
Lokasi tambang itu berada di Lerokis, Desa Lurang, Kecamatan Wetar. Menurut Melkias, kawasan itu merupakan bekas tambang emas PT Prima Lirang Mining yang beroperasi 1987-1997. Aktivitas tambang berhenti tahun 1997 karena situasi politik yang tidak stabil di Timor Timur (sekarang Timor Leste).
Sekitar tahun 2004-2005, lanjut Melkias, masuk kelompok PT Batutua ke sana untuk menambang kandungan tembaga. ”Di Wetar terdapat kandungan mineral tembaga, emas, barit, dan merkuri,” katanya.
Permasalahan tambang tembaga dan emas di Wetar itu akan diselidiki tim yang terdiri atas Dinas ESDM, Perhubungan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Imigrasi, serta Bea dan Cukai. Tim dipimpin Wakil Gubernur Maluku Said Assagaff dan dijadwalkan berangkat ke Wetar pekan ke-3 Januari ini. Anggota Komisi B DPRD Maluku juga ikut melakukan investigasi ke Wetar di perbatasan Indonesia-Timor Leste tersebut. (ANG)Sumber : Kompas, 15 Januari 2010
Tembaga Wetar Terbaik Di Dunia
Menurut Wakil Ketua Fraksi Demokrat DPRD Maluku dari Daerah Pemilihan Maluku Barat Daya, Melkias Frans, pengiriman material galian tambang ke luar Wetar sudah berlangsung sejak 2005. ”Material tambang dimasukkan dalam kontainer dan diangkut dengan menggunakan tongkang yang ditarik tugboat. Lokasi tambang di Pulau Wetar itu tidak terawasi karena sangat jauh, di perbatasan Indonesia-Timor Leste,” kata Melkias.
”Ini tidak bisa dibiarkan karena ada indikasi material dijual ke luar. Jika benar, ini merupakan perampokan kekayaan rakyat dan daerah sangat dirugikan,” ujar Melkias, yang juga Ketua Komisi B DPRD Maluku.
Lokasi tambang itu berada di Lerokis, Desa Lurang, Kecamatan Wetar. Menurut Melkias, kawasan itu merupakan bekas tambang emas PT Prima Lirang Mining yang beroperasi 1987-1997. Aktivitas tambang berhenti tahun 1997 karena situasi politik yang tidak stabil di Timor Timur (sekarang Timor Leste).
Sekitar tahun 2004-2005, lanjut Melkias, masuk kelompok PT Batutua ke sana untuk menambang kandungan tembaga. ”Di Wetar terdapat kandungan mineral tembaga, emas, barit, dan merkuri,” katanya.
Permasalahan tambang tembaga dan emas di Wetar itu akan diselidiki tim yang terdiri atas Dinas ESDM, Perhubungan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Imigrasi, serta Bea dan Cukai. Tim dipimpin Wakil Gubernur Maluku Said Assagaff dan dijadwalkan berangkat ke Wetar pekan ke-3 Januari ini. Anggota Komisi B DPRD Maluku juga ikut melakukan investigasi ke Wetar di perbatasan Indonesia-Timor Leste tersebut. (ANG)Sumber : Kompas, 15 Januari 2010
Tembaga Wetar Terbaik Di Dunia
Ambon (SN) - Pulau Wetar memiliki banyak hasil tambang yang dapat dieksploitasi untuk membangun Maluku, namun banyak pihak yang masih mempermasalahkan mengenai izin yang dikeluarkan kepada PT Batutua Karisma Permai/ PT. Batutua Tembaga Raya karena diduga sarat dengan kecurangan-kecurangan. Lapisan tanah yang ada di Wetar terdiri atas tiga bagian yaitu barit, emas/perak dan tembaga. Demikian disampaikan Gerry Mbatemooy, Direktur PT. Batutua Tembaga Raya. Disebutkan bahwa perusahaannya kini melakukan uji coba tambang tembaga murni yang hasilnya diuji cobakan dijual di pasar luar negeri seperti India, Taiwan, Thailand, Hongkong. Walaupun jumlah yang dijual masih sedikit namun selalu habis dan menjadi rebutan negara-negara tersebut. Lokasi penambangan tembaga yang dilakukan pada saat ini merupakan bekas penambangan emas yang dilakukan oleh PT. Prima Lirang Mining yang telah diterminasi oleh Menteri ESDM. "Lokasi penambangan itu bekas penambangan emas dulu dan kini kami menambang tembaga murni,"jelas Gerry. Saat dikonfirmasi mengenai adanya kemungkinan perusahaannya membuat izin penambangan tembaga namun yang ditambang adalah emas karena lokasi yang digunakan bekas penambangan emas, ia mengatakan bahwa tidak mungkin ia akan melakukan kebohongan seperti itu. "tidak mungkin lah seperti itu, itu namanya kebohongan, lagipula kalau misalnya ada emas ya mending saya menambang emas saja karena dibandingkan dengan tembaga nilai jual emas lebih tinggi.Di lokasi penambangan tembaga tersebut memang terdapat emas namun jumlahnya tidak memliki nilai ekonomis, hanya nol koma sekian gram dari satu ton tembaga," tandasnya. Tembaga Premium Hasil dari penelitian kandungan tembaga yang ada di Wetar, disebutkan bahwa tembaga Wetar atau yang dikenal di dunia Internasional dengan nama Wetar Cooper merupakan jenis tembaga premium atau dengan kualitas terbaik di dunia yang memiliki kadar 99,99999 %. Tembaga jenis ini dihargai $150 di atas harga pasaran. Ini merupakan hasil yang dikeluarkan laboratorium Intertek yang sudah memiliki standar internasional. Sementara itu ditanya mengenai modal yang digunakan dikatakan sampai dengan tahap eksplorasi dan uji coba, pihaknya telah menghabiskan US$ 30 juta dan diperkirakan estimasi biaya sampai dengan berproduksi total nanti akan menghabiskan biaya US$ 135 juta. Dana ini didapatkan dari dalam negeri dan sebagian besar berasal dari luar negeri berupa penjualan saham Finders Resources Ltd di pasar saham London dan Sydney dengan nilai saham 20 sen per lembar.Tenaga kerja yang dimiliki PT Batutua ini berjumlah 200 orang dimana 115 diantaranya adalah penduduk lokal. Ini merupakan salah satu bentuk perusahaan untuk memajukan daerah Wetar. "Karena saya lahir dan besar di wilayah Timur maka saya juga akan kembali untuk memajukan daerah tempat saya berasal," jelas Gerry. Terkait Amdal dikatakan ia telah menyelesaikan semua permasalahan amdal dan perbaikan-perbaikan yang diminta telah dilaksanakan karena permasalahan amdal ini juga dapat menjadi bumerang baginya. "perusahaan tambang yang merusak lingkungan produknya tidak akan dibeli oleh pasar internasional, itu sudah aturan pertambangan," ungkapnya dengan tegas. Turun Ke Lapangan Banyak pihak yang melakukan pemberitaan-pemberitaan buruk mengenai tambang di Wetar ini, Gerry mengatakan sebaiknya pihak-pihak terkait dan tim langsung datang ke lokasi penambangan dan melihat langsung bagaimana penambangan dilakukan dan pihaknya akan menerima dengan tangan terbuka karena tambang ini merupakan tambang terbuka. Ditambahkan bahwa pihaknya memproduksi tembaga mulai dari penambangan hingga menjadi tembaga murni yang telah jadi dilakukan di Wetar dan tidak mengirimkan produk setengah jadi untuk di proses di luar negeri. "produksi hulu hingga hilir kami lakukan di Wetar dan masyarakat kami berdayakan untuk memasok barang-barang yang dibutuhkan oleh kami," ungkapnya. |